Jumat, 18 Januari 2008

WANTED : INOVATOR FOR UNINTERRUPTABLE EMERGENCY MACHINE

PENGALAMAN pahit ini kukira pernah juga dialami oleh teman-teman lain. Mobil mogok di jalan bebas hambatan. Bayangkan, di siang bolong, matahari bersinar terik. Tak terlihat segumpal awan pun di langit yang tampak jernih dan biru. Aspal jalan bebas hambatan berkilau dalam siraman cahaya matahari yang terpantul kembali menyilaukan mata. Panasnya bukan kepalang. Ee, tiba-tiba mesin mati. Mobil berhenti mendadak. Di tengah daerah persawahan yang gersang. Jauh dari sana, jauh dari sini. Sendirian lagi, tanpa teman. Yah, apa boleh buat. Terpaksa turun, mendorong mobil ke tepi bahu jalan. Pasang segitiga pengaman, di belakang mobil sesuai peraturan. Dan mulai bekerja membetulkan mobil, dengan kucuran keringat membasahi badan.. Buka kap di depan. Longok-longok sini di seputar mesin. Barangkali ada kabel yang putus. Atau mencium barang yang terbakar. Dan seterusnya, dan seterusnya…….
Benih kecil harapan tumbuh di hati, ketika ada orang yang datang menghampiriku.
“Mogok, Pak?” terdengar satu pertanyaan yang sebetulnya tak usah ditanyakan. Lha wong, jelas-jelas mobil nggak jalan gitu, kok masih ditanya. Anak kecil pun tahun kalau mobil itu sedang ngadat. Yah, harap maklum saja, kesabaran seseorang sering termakan oleh keadaan gawat yang menimpanya. Termasuk aku yang merasa bahwa kesabaranku sudah mulai menguap dibakar teriknya matahari.
Dari tampangnya yang sangar dengan rambut gondrong awut-awutan dan gaya bicaranya yang kasar, sebenarnya aku agak curiga pada pemuda yang datang itu. Dia menenteng tas di pundaknya, seperti orang yang sedang bepergian juga. Aku sudah mulai membayangkan bahwa dia bermaksud jahat terhadap orang-orang yang berkendaraan mobil di jalan bebas hambatan. Biasanya orang-orang ini kaya. Dia, kupikir, sedang mencegat orang-orang kaya di tempat yang sepi ini, sengaja untuk diramp….
“Boleh aku bantu bapak ?” pertanyaannya ini tiba-tiba saja membuyarkan bayangan kecurigaan di kepalaku. Segera aku ingat ungkapan “praduga tak bersalah”. Aku segera menjawab tawarannya.
“Oh, terima kasih, dik….Kira-kira apanya ya, yang rusak ?”
Pemuda itu segera menurunkan tas dari pundaknya. Dia membuka tas itu. Kemudian tampak tangannya merogoh ke dalam tas, dan mengeluarkan sebuah alat seperti radio transistor. Lengkap dengan antenanya yang menjulur ke atas. Ada sepotong kabel yang keluar dari bagian belakang alat. Ujung kabel itu bercabang dua. Seperti stetoskop yang biasanya dipakai dokter. Pemuda tadi segera memasang kedua ujung kabel itu di telinganya. Dia memutar-mutar kenop yang ada pada alat dengan mimik wajah yang serius, persis seperti dokter yang sedang memeriksa pasien.
Aku diam saja, memperhatikan tingkah lakunya yang aneh itu. Dalam hati aku tersenyum sinis, apa bisa mobil mogok ini disembuhkan seperti orang sakit ?......
“Sudah, pak….Mohon, coba distarter…” kata pemuda gondrong itu tiba-tiba dengan sopan. Geragapan aku bergegas ke pintu mobil, membukanya, lalu merunduk masuk. Dengan ragu-ragu aku memutar kunci kontak, menyalakan mesin dan……bremm….brremmm…brrremmmm……, mesin menderu dengan suara halus mulus. Lagi-lagi aku terperangah. Terpana dan terheran-heran. Betulkah ini bunyi mobilku dan bukan halusinasi pikiranku? Agak lama aku terdiam di dalam mobil. Dan begitu getaran mobil terasa setelah aku tancap gas kencang-kencang, barulah aku yakin bahwa mobil sudah berhasil diperbaiki oleh pemuda tadi. Buru-buru aku keluar dari mobil, hendak mengucapkan terima kasih kepada anak muda baik hati yang semula aku sangka perampok itu. Tapi……, he…..mana dia ? Kok nggak ada ? Aku longok sana, longok sini, tidak seorangpun yang berada di sekitar situ. Pemuda itu sudah lenyap bagaikan ditelan bumi .Yang kutemui hanyalah aspal jalanan yang berkilauan terkena terik sinar matahari yang menyilaukan mata ………..
Diam-diam dalam hati aku mengagumi penemu alat penyembuh mobil yang ngadat di tengah jalan itu. Adakah dia seorang putera bangsa Indonesia. Mudah-mudahan inovasinya yang luar biasa, dapat bermanfaat untuk menolong orang lain. Semoga !
(ds. utomo)

Tidak ada komentar: