Jumat, 11 Januari 2008

Tahun Inovasi

Tahun 2008 Merupakan Tahun Inovasi

Oleh : DS. Utomo .

Pada malam menjelang pergantian tahun 2007 ke 2008, peramal kondang Mama Laurens hadir di satu acara televisi swasta. Seperti biasa, dia meramalkan apa yang bakal terjadi dalam tahun 2008. Bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor dan banjir, masih akan terjadi. Perselingkuhan yang mengakibatkan kawin-cerai di antara para selebriti masih terus berlangsung. Artis sinetron muda banyak yang naik daun, tapi cuma sebentar, kemudian menghilang lagi. Hal ini disebabkan, karena mereka belum mempunyai standar kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang artis. Mungkin karena usianya masih terlalu muda. Jadi banyak yang kurang pengalaman. Disamping itu kualitas cerita sinetron di televisi juga masih rendah. Seperti biasa, pada akhir tahun 2008,menjelang Pemilu 2009, situasi politik akan memanas, dan ada kemungkinan akan terjadi kerusuhan.
Yang menarik dalam ramalan Mama Laurens untuk tahun tikus tanah ini adalah bahwa tahun 2008 ini merupakan tahun inovasi, terutama di bidang komputer, telepon genggam dan elektronika. Menurut dia, hanya orang-orang yang mau bekerja keras sajalah yang akan berhasil, terutama dalam inovasi.
Ramalan menarik dari Mama Laurens tersebut di atas, sebenarnya sudah ada dalam sebuah buku yang berjudul “Inovasi atau Mati”. Buku ini dikarang oleh Gede Prama, seorang pakar manajemen yang mengaku anti sekolah manajemen dan suka menjungkir-balikkan kaidah-kaidah manajemen baku yang diciptakan Peter Drucker, John Naisbitt, Porter, Hammer dan lain-lain. Bahkan ada yang menyebut bahwa Gede Prama adalah “an expert on provoking human’s mind”.
Membaca buku tersebut, kita merasa seolah-olah memasuki sebuah crazy home, rumah gila. Pada pintu depan kita sudah diperingatkan bahwa di rumah itu kita akan disodori menu dan hidangan yang berupa ide-ide “gila”, yang ditujukan untuk memancing inovasi dan imajinasi. Dijelaskan di situ salah satu alasan mengapa justru ide-ide gila yang disajikan, hal ini bersumber dari lingkungan kita hidup. Dunia kita hidup tidak saja uncertain, lebih dari itu ia sudah chaos , serta mendekati crazy. Dan satu-satunya mesin kemajuan dalam lingkungan seperti ini hanyalah ide baru melalui imajinasi dan inovasi. Selanjutnya dikatakan bahwa jauh sebelum kita menginovasi cara kerja kita, lebih dulu kita sebaiknya menginovasi pikiran-pikiran kita sendiri.
Penulis buku itu tak ketinggalan memberikan juga beberapa contoh kisah keberhasilan inovasi, antara lain kesuksesan seorang anak muda yang belum berumur tiga puluh tahun, Kenji Eno. Pemuda asal Jepang yang pendidikan formalnya hanya sampai kelas 2 SMA ini dinobatkan oleh majalah Business Week sebagai salah satu bintang dari Asia. Karena bosan sekolah, semula pekerjaan Kenji Eno sehari-hari hanya mendengarkan musik dan membaca majalah. Setelah membunuh waktu secara percuma sekitar setahun, kemudian ia diterima bekerja di sebuah perusahaan software. Dari sini kemudian timbul imajinasi untuk mendirikan perusahaan sendiri. Empat tahun kemudian, perusahaan WARP yang didirikan anak muda ini menjadi peusahaan pendesain game kelas satu. Sejumlah pengamat industri, bahkan menyebut Kenji Eno sebagai God of the Game Market.
Bila betul ramalan dan analisis sejumlah pakar, yang menyebutkan bahwa masa depan akan sarat dengan muatan teknologi informasi, maka tidak tertutup kemungkinan, nasib bintang Asia tersebut akan mirip dengan Bill Gates yang kebetulan juga putus sekolah di tengah jalan.
Manusia bukan sekolahan seperti Bill Gates dan Kenji Eno, bisa demikian melompat cara berpikirnya, karena pikirannya masih bebas dan berdaulat dari polusi-polusi yang dibuat oleh sekolah. Tidak ada ijazah sekolah yang ia pertaruhkan dan seenaknya saja dapat melenggang ke mana saja ia suka. Dunia inovasi mirip dengan dunia elang. Terbang bebas ke mana-mana. Tidak ada yang bisa membatasinya. Ia hanya mengenal mencoba, mencoba, dan mencoba.
Pada dasarnya Gede Prama kurang setuju dengan ramalan masa depan. Dia lebih memilih untuk menjadi pencipta masa depannya sendiri. Fokusnya pada usaha untuk senantiasa bertindak, berusaha, mencoba dan mencipta. Karena, dengan mencipta, apa pun yang terjadi dalam totalitas kehidupan, kita tetap mungkin bergerak dalam lompatan-lompatan kemajuan. Dengan demikian kita jadi lebih produktif menghabiskan kebanyakan energi untuk mencipta, mencipta dan mencipta.
Pilihan yang tersedia bukannya mencari masa depan, namun menciptakan masa depan. Siapa yang dari dulu maupun sekarang memiliki sense of creation yang tinggi, dialah yang akan menjadi penguasa masa depan. Aturan main yang berlaku selamanya memang belum dan tidak pernah ada. Namun, siapapun dan di manapun ia berada, ia tidak akan pernah bisa mengelak dari paksaan empat I, yaitu inovasi, inovasi , inovasi, dan inovasi. Makhluknya memang satu (inovasi), namun ia mesti dilakukan selama kita masih bernapas. Dengan kata lain, berulang-ulang tanpa boleh bosan. Demikian Gede Prama dalam bukunya “Inovasi atau Mati”.
Kembali ke Mama Laurens tersebut diatas, dia menyebutkan bahwa hanya mereka yang mau bekerja keras sajalah yang akan berhasil keluar sebagai pemenang. Selama ini pengalaman memang menunjukkan bahwa kesuksesan itu tercapai bukan melulu karena kemampuan, tetapi lebih pada ketekunan, kegigihan dan disiplin diri dalam bekerja. Jepang yang terkenal dengan etos kerja dan disiplinnya yang tinggi, merupakan contoh yang patut diteladani. Selain itu diperlukan juga pengembangan daya imajinasi supaya kita mampu berkreasi dan berinovasi. Seperti apa yang telah dikatakan Albert Einstein, bahwa setelah dia memeriksa dirinya sendiri dan metode berpikirnya, dia lalu mengambil kesimpulan bahwa bakat berkhayalnya lebih berarti baginya jika dibandingkan dengan bakatnya menyerap pengetahuan positif.
Maka dalam menyambut datangnya tahun inovasi ini, sudah tibalah saatnya kini kita menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa kita adalah bangsa yang penuh kreativitas dan inovasi. Salah satu buktinya adalah kemegahan dan keindahan candi Borobudur yang merupakan salah satu dari sekian monumen keajaiban dunia itu.
Hayo, siapa tertantang ?

Tidak ada komentar: